Setelah pemerintah kota mengumumkan adanya jalan yang ditutup karena permukaan air sungai Rhine yang meluap, saya pun tertarik untuk memeriksa kondisi tanggul musim dingin di Grebbedijk. Nampak sebagian areal sisi tanggul yang mengarah ke sungai Rhine sebagiannya telah tergenang. Hal ini memperlihatkan bahwa tanggul dekat sungai (zommerdijk) sebagai pertahanan pertama telah tertembus dan kini keselamatan warga kota bergantung dari keberadaan Grebbedijk.
Dulu, areal yang membentang di pinggiran sungai ini merupakan kawasan perumahan, yang sejak 50 tahun lalu dikosongkan oleh pemerintah setempat. Properti yang dimiliki oleh penduduk sebagian telah dibeli oleh pemerintah, meskipun saat itu harganya tidak bisa dikatakan murah. Kini, sebagian besar areal adalah lahan kosong yang berfungsi sebagai kawasan ekowisata dengan spesies lokal yang dilindungi. Selain itu, areal ini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi warga lokal yang menginginkan alam di halaman mereka.
Grebbedijk, tanggul sepanjang 5 km yang membentang dari Wageningen ke Rhenen, Belanda
(Sumber: grebbedijk.com)
Bertahun-tahun pemerintah setempat mencoba menaklukkan air dengan membangun struktur fisik untuk menampung, mengarahkan, maupun menahan daya rusak air. Namun, cara tersebut ternyata belumlah cukup.
Kini, para insinyur, arsitek lansekap, dan perencana kota mengombinasikan metode pengendalian banjir baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non-struktural. Sebagai contoh, konsep "Room for Water" yang memberikan perlindungan optimum pada saat musim dingin seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Luapan air di sepanjang Grebbedijk saat musim dingin
Grebbedijk saat musim semi
Konsep ini memadukan bangunan struktur pengendali dengan penataan lansekap dalam berbagai skala (tepian sungai, sistem drainase kota, dan daerah aliran sungai). Dengan cara ini, "pertahanan" dari banjir tidak berada tepat dipinggir sungai, melainkan ditarik agak ke dalam mengarah ke areal permukiman, dengan membiarkan kanal-kanal dan parit-parit yang disediakan tergenang pada saat diperlukan.
Kuncinya adalah pengaturan zona bagi built up area dan open space yang menyesuaikan dengan kondisi topografi. Pemerintah dan warga Belanda pun telah mengambil pelajaran penting:
"We can not ignore the risk we face
from Mother Nature, but we also
do not have to run from them"
Ditulis oleh:
Gede Budi Suprayoga
PhD Researcher (Spatial Planning, Environmental Sciences), Wageningen University
(LinkedIn: @gedebudisuprayoga)