Sudah 7 bulan kurang dua hari saya di Belanda, setelah hampir 2 tahun menganggur, rasanya tidak buruk juga untuk punya kesibukan. Walaupun ada rasa gelisah yang saya ceritakan di cerita sebelumnya, secara keseluruhan disini relatif menyenangkan. Banyak mengenal orang baru, mengunjungi tempat baru.
Pagi ini seperti biasa saya megecek notifikasi dan lini masa di facebook. Ada kabar cukup menarik dan mengkhawatirkan, setidaknya bagi saya sebagai mahasiswa di Belanda ini, NS berencana memperketat aturan terkait grup tiket. Untuk yang kedua kali berarti tahun ini. Grup tiket sangat penting karena mengakomodasi keinginan untuk mengunjungi kota lain, baik bertemu teman, mendatangi acara, ataupun mampir ke museum, dengan harga tiket yang murah. Baiklah saya coba jelaskan sedikit sistem transportasi di Belanda agar lebih jelas.
NS singkatan dari Nederlandse Spoorwegen adalah provider kereta utama milik pemerintah yang mengatur jadwal kereta dan pengoperasian stasiun-stasiun di Belanda. Untuk bus dan tram provider utamanya dimiliki oleh pemerintah tingkat provinsi. Tapi, semua transportasi di Belanda memakai sistem cashless berupa kartu OV yang bisa diisi di mesin di stasiun atau supermarket terdekat. Untuk bus biasanya masih bisa memakai cash dibayar langsung ke sopir, tapi untuk kereta dan tram wajib memakai OV.
Masalahnya adalah tarif yang dibebankan untuk transportasi sangatlah mahal apalagi untuk mahasiswa. Untuk pulang pergi Wageningen-Amsterdam naik kereta bisa menghabiskan 28 euro, belum dengan tambahan bus atau tram yang harus dinaiki. Untuk mahasiswa belanda, mereka dapat mengajukan subsidi transportasi ke Pemerintah selama mereka bersekolah, walaupun kalo tidak salah subsidi diberikan hanya dua tahun. Mahasiswa Internasional tidak memiliki keuntungan subsidi transportasi. Oleh karena itu, Mahasiswa Internasional di Belanda biasanya memakai grup tiket untuk mensiasati mahalnya biaya transportasi kereta.
Semula grup tiket dimaksudkan untuk orang-orang yang ingin pergi bersama ke suatu tempat dari 4-10 orang dengan tujuan mengurangi emisi karbon dioksida (Gila banget emang bisa ampe segitunya ngurusin emisi). Semakin banyak orang yg pergi dengan maksimum 10 orang, harga grup tiket akan semakin murah. Untuk 10 orang, tiket per orang menjadi relatif hanya 7 euro. Pada praktiknya, orang-orang banyak memanfaatkan ini dengan membuat grup FB untuk mencari teman yang akan pergi ke tujuan yang sama dan mengumpulkan 10 orang demi mendapat tiket yang murah. Hal ini bisa terjadi karena memanfaatkan aturan grup tiket yang bisa digunakan tanpa harus berangkat barengan, asal tujuan sama, stasiun keberangkatan tidak menjadi masalah.
Yang saya tahu, pihak NS mengetahui praktik ini dan memilih tutup mata. Di koran kemarin pagi saya baru tau, pihak NS memilih tutup mata karena grup tiket ini bagus untuk menyemangati orang-orang agar keluar rumah dan mengunjungi teman atau saudara di kota lain. Juga karena pemakai grup tiket hanya boleh menggunakan kereta di luar jam peak hours, sehingga tidak ada kerugian yang disebabkan oleh penumpang yang terlalu padat.
Hal yang menjadi masalah adalah munculnya praktik calo, dimana ada seseorang yang membeli dulu 10 grup tiket dengan tujuan tertentu (biasanya Amsterdam karena peminatnya banyak) dan menjualnya dengan harga yg lebih tinggi dari seharusnya. Hal ini diendus oleh pihak NS yang memberlakukan pengetatan aturan. Dimana data pembeli grup tiket harus diisi di awal, yang menyebabkan tiket hanya bisa dibeli jika lengkap mengumpulkan 10 orang.
Aturan ini menimbulkan masalah lain. Orang-orang yang dulu membeli tiket dengan semangat komunal dan kebersamaan mulai malas untuk membeli tiket. Kerepotan harus menunggu 10 orang menjadi penyebabnya. Ditambah dengan banyaknya free-rider yang maunya asal tau jadi. Pada akhirnya, bukannya menyelesaikan masalah, aturan baru ini malah menyuburkan praktik percaloan. Orang-orang mencari jalan pintas karena cara biasa tidak lagi praktis. NS mengendus hal ini dan dari yang saya baca ada wacana untuk memberlakukan aturan bahwa pembeli grup tiket harus berangkat bersamaan. Jika hal ini diberlakukan, kemungkinan besar tiket relatif murah ini hanya jadi angan-angan.
Sedikit banyak saya ikut berperan dalam wacana pengetatan aturan ini. Beberapa kali saya sempat membeli grup tiket dari para calo ini. Ketidaktahuan dan kepolosan saya malah ikut andil dalam menyuburkan praktek calo ini. Sama sekali tidak ada niat jahat, mungkin begitu juga orang lain yang terkadang buru-buru dan akhirnyamembeli ke calo ini. Seringkali saya lupa betapa pentingnya untuk melakukan hal-hal kecil dengan cara yang baik. Sesimpel membeli tiket dengan cara yang baik dan benar. Bahwa sering kealpaan pribadi untuk berbuat hal-hal detail dengan cara yang baik, bisa berakibat fatal bagi semua orang. Setelah saya pikir-pikir lagi, sepertinya saya cuma perlu melambat di dunia yang serba cepat ini. Melambat agar punya waktu untuk berpikir dengan tenang, untuk kemudian bergerak dengan benar yang tidak asal cepat, untuk setiap keputusan yang kita ambil. Apalah, saya sebagai manusia cuma bisa berusaha. Semoga Tuhan selalu mengingatkan lagi makhlukNya yang mudah lupa ini untuk selalu melambat. Kalo kata orang jawa mah “alon-alon asal klakon”.(/adi)
Ditulis oleh: Aditya Mirzapahlevi Saptadjaja
Mahasiswa Master of Environmental Science, Wageningen University
(Email: amirzapahlevi@gmail.com, Instagram:@saptadjaja)
(Email: amirzapahlevi@gmail.com, Instagram:@saptadjaja)